JULIUS
CAESAR
Oleh :
Tedy Sutardi, S.Pd
Oleh :
Tedy Sutardi, S.Pd
Diantara sekian banyak tokoh yang berpengaruh
mewarnai perjalanan perkembangan sejarah dunia nama Gaius Julius Caesar tidak
dapat dikesampingkan. Caesar memiliki tempat yang istimewa dimata para
sejarawan. Ia salah satu orang nya berpengaruh pada perkembangan Romawi
menjabat sebagai Diktator atau konsul pada Republik Romawi. Menurut Suetonius,
Julius Caesar Dilahirkan di Subura dekat Kota Roma Pada 13 juli 100 SM. Sebagai
salahsatu dari triumvirat (Triumvirat ialah rezim politik yang dikuasai oleh
tiga orang penguasa laki-laki yang mempunyai kekuasaan absolut yang kadang
diantara mereka saling klaim sebagai pemimpin tunggal) bersama crassus dan
pompei, Cesar memperluas wilayah kekuasaan Republik Romawi. Pada masanya
kekuasaaannya wilayah romawi begitu luas sampai meyebrangi samudra
atlantik, menguasai Gaul atau Galia (Prancis sekarang) dan
menyerang britania, Roma memerintah bagian terbesar dari Yunani, Siria,
Yudea, dan Afrika Utara. Caesar merupakan pimpinan politik dan militer dan
memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikan penguasa terhebat dunia
romawi dan memulai reformasi pada masyarakat dan pemerintahan Romawi.
Ada dua kalimat seingatku yang berpengaruh pada
perkembangan sejarah Romawi yang diucapkan oleh nya, yang Pertama “Veni,
Vidi, Vici” (aku lihat, aku datang, aku menang) kalimat ini ada dalam
pesannya pada senat Romawi menggambarkan kemenangan atas Pharnaces II dari
Pontus pada pertempuran Zela kemudian diucapkan lagi saat
memimpin ekspedisi ke Mesir, yang kedua adalah “Alea Eacta Est”
artinya aku dihianati. Ini berhubungan tentang sebuah peristiwa kisah Rubicon.
Peristiwa Rubicon inilah yang menjadi titik balik Caesar menjadi seorang
pemimpin yang disegani banyak pihak. Setelah meninggalnya Crassus, Pompei
dihubungkan dengan mantan pendeta, dan ketika julius caesar pulang dari galia
ia pun mengalami kebingungan (kalau istiah sekarang “Lagi Galau” hee.....) dan
akhirnya berterus terang didepan pasukannya lalu keluar kalimat yang terkenal
dalam sejarah “Alea Eacta Est” artinya aku dihianati. Menurut
Suetonius (seorang sejarahwan Romawi) Kalimat ini diucapkan oleh Caesar pada
tanggal 10 januari 49 SM saat memimpin pasukannya untuk menyebrangi Sungai
Rubicon di Italia Utara dan memulai perang saudara dengan Pompei. Saat
dikhianati mantan pendeta, caesar sangat bingung apa mau melakukan kudeta atau
mengasingkan diri. Tempat ia mencari ilham, yaitu sungai Rubicon yang
memisahkan kota Roma dengan sekitarnya.
Keputusan di Sungai Rubicon inilah yang kemudian
menjadi salahsatu yang mempengaruhi perkembangan sejarah Republik Romawi dan
perang saudara pun tak dapat dihindari. Dan sejarah membuktikan kapasitas
kepemimpinan Caesar dalam mengatur strategi perang yang efektif dan mendapatkan
kemenangan yang menentukan. Caesar menjadi benar-benar pemimpin tunggal yang
berkuasa mutlak terhadap militer dan pemerintahan, hal inilah yang pada
akhirnya dikecam oleh Senat. Sungguh dilematis ketika Sistem kepemimpinan
absolut yang dikecam oleh senat yang berujung pada pembunuhan Caesar, malah
mengantarkan Romawi dalam perubahan bentuk dari Republik menjadi kekaisaran.
(Created By. Tedy Sutardi, S.Pd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar