Minggu, 06 Mei 2012

Artikel Sejarah Eropa

PERANG INGGRIS - PERANCIS
Oleh :
Anang Budi Santoso, S.Pd
Gumgum Gumilar G., S.Pd

Pengaruh reformasi melanda Kerajaan Inggris, sehingga mendorong lahirnya pembaharuan agama dan pembaruan politik. Inggris menjadi kerajaan Anglikan. Inggris kemudian melakukan suatu gerakan baru untuk menguasai perdagangan dunia. Kita bisa ambil contoh pada penguasaan Inggris di wilayah benua Amerika dengan pembentukan koloni-koloninya.
Awalnya Inggris datang ke benua Amerika hanya untuk mengembangkan agama protestan secara bebas. Ternyata harapan Inggris tidak terwujud, konflik agama yang dibawa dari Eropa mengembang pula dibenua ini. Pertemuan dengan Portugis, Spanyol dan Perancis tidak dapat dihindari terjadinya konflik dengan katolik yang dibawa oleh ketiga Negara tersebut. Padahal pembaharuan agama di Inggris, dapat dikatakan tidak mengubah ajaran katoliknya. Hal ini telah menimbulkan dampak timbulnya gagasan untuk memisahkan antara Gereja dan Negara. Meskipun demikian  semangat mereka untuk menyebarkan agama Kristen tidak dapat ditinggalkan begitu saja, ini dibuktikan dengan salahsatu contoh adanya penjelajahan ke dunia timur yang membawa semangat Mission Sacre atau Tugas Suci.
Semangat mission sacre ini dikembangkan tanpa ada persatuan di Eropa, sehingga antara Negara penjajah saling menghancurkan. Katolik portugis yang berada di dunia timur, tidak membendung kemauan Katolik Spanyol dalam merebut gudang rempah-rempah. Ketamakan dan kerakusannya tidak dapat menutupi tujuan perangnya. Spanyol dan Portugis sesama Katolik saling meruntuhkan.
Hal yang sama dialami juga oleh Perancis dibawah Perdana Menteri Kardinal Richelieu (1624-1642), dibantu dengan Kerajaan Katolik Swedia, Gustavus Adol Phus, melakukan penyerangan ke Kerajaan Katolik Jerman dan terlibat dalam Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1642). Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Westphalia, diakuinya Calvinisme sama dengan Lutheranisme. Sulit bagi Kardinal untuk melakukan Perang menindas sesame Katolik, seperti halnya dalam Perang Salib terjadi Perang Antar salib.
Setelah Kardinal berhasil mematahkan Protestan Perancis atau Huguenot, kemudian ia beralih kepada Jerman dan Spanyol. Di Jerman, Perancis membantu Protestannya untuk mengalahkan Raja Katolik Jerman dari wansa Habsburg. Perancis lebih melihat dari kepentingan politik daripada agama. Kebijakan yang demikian ini diteruskan oleh penggantinya yaitu Kardinal Mazarin. Setelah kematiannya kemudian diteruskan oleh Louis XIV yang menggunakan kekuasaan absolute.
Selain perang diatas, juga terjadi peperangan akibat adanya kesamaan kepentingan antara lembaga perdagangan, perang ini melibatkan Inggris dan Perancis yang sama-sama berseteru untuk menguasai perdagangan. Lembaga perdagangan tersebut adalah East Indian Company (EIC) dari Kerajaan Anglikan Inggris dan Compagnie des Indies Orientales (CIO) dari Kerajaan Katolik Perancis yang sama ingin menguasai India. Maka meletuslah Perang Laut Tujuh Tahun (1755-1762), Inggris berhasil menguasai India sebelah timur, Kalkuta (1763) dan seratus tahun kemudian sekitar tahun 1854 mereka berhasil menguasai Delhi. Tetapi sebenarnya perang ini telah dimulai pada tahun 1748 di Lembah Sungai Ohio setelah Perancis berusaha mendirikan jaringan koloni dari Quebec dari Utara dan Carolina di Selatan di wilayah Amerika, tetapi perang ini dimenangkan oleh Perancis atas dukungan masyarakat Koloni Amerika.
Perang Inggris-Perancis diakhiri dengan adanya Perjanjian Paris (1763) yang isinya Prancis menyerahkan seluruh daerah koloni yang pernah dikuasainya kecuali di dua Pulau West Indies.

Sumber :

Ahmad Mansur Suryanegara, 1999. Amerika Menolak Presiden Wanita. Jakarta; Darul Falah
Nana Supriatna, 1999. Sejarah Bangsa Amerika; Bahan Kuliah Sejarah Amerika. Bandung; IKIP Bandung
Nasution, Sedjarah Eropah, Bandung; Balai Pendidikan Guru.

Rabu, 02 Mei 2012

Video Campur Sari "Rukun Agawe Santoso"


Artikel Sejarah


JULIUS CAESAR
Oleh :
Tedy Sutardi, S.Pd
 
Diantara sekian banyak tokoh yang berpengaruh mewarnai perjalanan perkembangan sejarah dunia nama Gaius Julius Caesar tidak dapat dikesampingkan. Caesar memiliki tempat yang istimewa dimata para sejarawan. Ia salah satu orang nya berpengaruh pada perkembangan Romawi menjabat sebagai Diktator atau konsul pada Republik Romawi. Menurut Suetonius, Julius Caesar Dilahirkan di Subura dekat Kota Roma Pada 13 juli 100 SM. Sebagai salahsatu dari triumvirat (Triumvirat ialah rezim politik yang dikuasai oleh tiga orang penguasa laki-laki yang mempunyai kekuasaan absolut yang kadang diantara mereka saling klaim sebagai pemimpin tunggal) bersama crassus dan pompei, Cesar memperluas wilayah kekuasaan Republik Romawi. Pada masanya kekuasaaannya wilayah romawi begitu luas sampai meyebrangi samudra atlantik,  menguasai Gaul atau Galia (Prancis sekarang) dan menyerang  britania, Roma memerintah bagian terbesar dari Yunani, Siria, Yudea, dan Afrika Utara. Caesar merupakan pimpinan politik dan militer dan memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikan penguasa terhebat dunia romawi dan memulai reformasi pada masyarakat dan pemerintahan Romawi.
Ada dua kalimat seingatku yang berpengaruh pada perkembangan sejarah Romawi yang diucapkan oleh nya, yang Pertama “Veni, Vidi, Vici” (aku lihat, aku datang, aku menang) kalimat ini ada dalam pesannya pada senat Romawi menggambarkan kemenangan atas Pharnaces II dari Pontus pada pertempuran Zela kemudian diucapkan lagi saat memimpin ekspedisi ke Mesir, yang kedua adalah “Alea Eacta Est” artinya aku dihianati. Ini berhubungan tentang sebuah peristiwa kisah Rubicon. Peristiwa Rubicon inilah yang menjadi titik balik Caesar menjadi seorang pemimpin yang disegani banyak pihak. Setelah meninggalnya Crassus, Pompei dihubungkan dengan mantan pendeta, dan ketika julius caesar pulang dari galia ia pun mengalami kebingungan (kalau istiah sekarang “Lagi Galau” hee.....) dan akhirnya berterus terang didepan pasukannya lalu keluar kalimat yang terkenal dalam sejarah “Alea Eacta Est” artinya aku dihianati. Menurut Suetonius (seorang sejarahwan Romawi) Kalimat ini diucapkan oleh Caesar pada tanggal 10 januari 49 SM saat memimpin pasukannya untuk menyebrangi Sungai Rubicon di Italia Utara dan memulai perang saudara dengan Pompei. Saat dikhianati mantan pendeta, caesar sangat bingung apa mau melakukan kudeta atau mengasingkan diri. Tempat ia mencari ilham, yaitu sungai Rubicon yang memisahkan kota Roma dengan sekitarnya.
Keputusan di Sungai Rubicon inilah yang kemudian menjadi salahsatu yang mempengaruhi perkembangan sejarah Republik Romawi dan perang saudara pun tak dapat dihindari. Dan sejarah membuktikan kapasitas kepemimpinan Caesar dalam mengatur strategi perang yang efektif dan mendapatkan kemenangan yang menentukan. Caesar menjadi benar-benar pemimpin tunggal yang berkuasa mutlak terhadap militer dan pemerintahan, hal inilah yang pada akhirnya dikecam oleh Senat. Sungguh dilematis ketika Sistem kepemimpinan absolut yang dikecam oleh senat yang berujung pada pembunuhan Caesar, malah mengantarkan Romawi dalam perubahan bentuk dari Republik menjadi kekaisaran. (Created By. Tedy Sutardi, S.Pd)

Lengkuas Island



Video Klip Lagu Belitung "Kupi Manggar"


SOAL US EKONOMI SMK

LCC 2012 Kabupaten Belitung