PERANG INGGRIS - PERANCIS
Oleh
:
Anang Budi Santoso, S.Pd
Gumgum Gumilar G., S.Pd
Pengaruh reformasi melanda
Kerajaan Inggris, sehingga mendorong lahirnya pembaharuan agama dan pembaruan
politik. Inggris menjadi kerajaan Anglikan. Inggris kemudian melakukan suatu
gerakan baru untuk menguasai perdagangan dunia. Kita bisa ambil contoh pada
penguasaan Inggris di wilayah benua Amerika dengan pembentukan koloni-koloninya.
Awalnya Inggris datang ke
benua Amerika hanya untuk mengembangkan agama protestan secara bebas. Ternyata
harapan Inggris tidak terwujud, konflik agama yang dibawa dari Eropa mengembang
pula dibenua ini. Pertemuan dengan Portugis, Spanyol dan Perancis tidak dapat
dihindari terjadinya konflik dengan katolik yang dibawa oleh ketiga Negara
tersebut. Padahal pembaharuan agama di Inggris, dapat dikatakan tidak mengubah
ajaran katoliknya. Hal ini telah menimbulkan dampak timbulnya gagasan untuk
memisahkan antara Gereja dan Negara. Meskipun demikian semangat mereka untuk menyebarkan agama
Kristen tidak dapat ditinggalkan begitu saja, ini dibuktikan dengan salahsatu
contoh adanya penjelajahan ke dunia timur yang membawa semangat Mission Sacre atau Tugas Suci.
Semangat mission sacre ini dikembangkan tanpa ada
persatuan di Eropa, sehingga antara Negara penjajah saling menghancurkan.
Katolik portugis yang berada di dunia timur, tidak membendung kemauan Katolik
Spanyol dalam merebut gudang rempah-rempah. Ketamakan dan kerakusannya tidak
dapat menutupi tujuan perangnya. Spanyol dan Portugis sesama Katolik saling
meruntuhkan.
Hal yang sama dialami juga
oleh Perancis dibawah Perdana Menteri Kardinal Richelieu (1624-1642), dibantu
dengan Kerajaan Katolik Swedia, Gustavus Adol Phus, melakukan penyerangan ke
Kerajaan Katolik Jerman dan terlibat dalam Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1642).
Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Westphalia, diakuinya Calvinisme sama
dengan Lutheranisme. Sulit bagi Kardinal untuk melakukan Perang menindas sesame
Katolik, seperti halnya dalam Perang Salib terjadi Perang Antar salib.
Setelah Kardinal berhasil
mematahkan Protestan Perancis atau Huguenot, kemudian ia beralih kepada Jerman
dan Spanyol. Di Jerman, Perancis membantu Protestannya untuk mengalahkan Raja
Katolik Jerman dari wansa Habsburg. Perancis lebih melihat dari kepentingan
politik daripada agama. Kebijakan yang demikian ini diteruskan oleh
penggantinya yaitu Kardinal Mazarin. Setelah kematiannya kemudian diteruskan
oleh Louis XIV yang menggunakan kekuasaan absolute.
Selain perang diatas, juga
terjadi peperangan akibat adanya kesamaan kepentingan antara lembaga
perdagangan, perang ini melibatkan Inggris dan Perancis yang sama-sama
berseteru untuk menguasai perdagangan. Lembaga perdagangan tersebut adalah East
Indian Company (EIC) dari Kerajaan Anglikan Inggris dan Compagnie des Indies
Orientales (CIO) dari Kerajaan Katolik Perancis yang sama ingin menguasai
India. Maka meletuslah Perang Laut Tujuh
Tahun (1755-1762), Inggris berhasil menguasai India sebelah timur, Kalkuta
(1763) dan seratus tahun kemudian sekitar tahun 1854 mereka berhasil menguasai Delhi. Tetapi sebenarnya
perang ini telah dimulai pada tahun 1748 di Lembah Sungai Ohio setelah Perancis
berusaha mendirikan jaringan koloni dari Quebec dari Utara dan Carolina di
Selatan di wilayah Amerika, tetapi perang ini dimenangkan oleh Perancis atas
dukungan masyarakat Koloni Amerika.
Perang Inggris-Perancis
diakhiri dengan adanya Perjanjian Paris (1763)
yang isinya Prancis menyerahkan seluruh daerah koloni yang pernah dikuasainya
kecuali di dua Pulau West Indies.
Sumber
:
Ahmad
Mansur Suryanegara, 1999. Amerika Menolak
Presiden Wanita. Jakarta;
Darul Falah
Nana
Supriatna, 1999. Sejarah Bangsa Amerika;
Bahan Kuliah Sejarah Amerika. Bandung;
IKIP Bandung
Nasution, Sedjarah Eropah, Bandung;
Balai Pendidikan Guru.